Jumat, 05 Maret 2010

CENTRAL SULAWESI TOURISM

Dewasa ini, banyak masyarakat daerah yang belum mengenal dengan baik daerahnya sendiri. Mereka haya tinggal dan bermukim di suatu daerah selama bertahun-tahun,namun melupakan akan potensi daerahnya. Hal itu juga yang menyebabkan timbulnya ketidakpedulian terhadap daerah sendiri. Disini, kami mencoba mengenalkan Pariwisata Sulawesi Tengah.
Pariwisata di Sulteng merupakan sektor yang masih dapat dikembangkan lebih baik. Daerah ini memiliki potensi wisata yang beragam, baik wisata alam, wisata bahari, agrowisata, maupun wisata budaya.

Obyek wisata yang punya peluang untuk dikembangkan lebih maju antara lain obyek pemandangan alam dengan setting pegunungan, hutan primer/hutan wisata, taman nasional, batuan megalitik, tempat-tempat yang memiliki latar belakang sejarah, serta keaneka-ragaman tradisi, seni, dan budaya lokal yang unik dan menarik.

Semua obyek wisata alam di Sulteng, baik yang berlokasi di gunung, hutan, maupun laut, relatif masih perawan dan indah sekali. Tentu saja semua itu harus ditunjang dengan tersedia dan terselenggaranya atraksi hiburan, makanan, dan transportasi yang memadai, baik bagi turis domestik, maupun wisatawan mancanegara. Hal yang disebutkan terakhir itu belum digarap secara padu oleh perusahaan jasa industri pariwisata di Sulsel.

Berkaitan dengan itu, dapat diketahui bahwa jumlah hotel di Sulteng pada 1998 ada 166 buah (hotel berbintang dan melati); dengan kapasitas kamar 2.143 kamar dan 3.871 tempat tidur. Jumlah wisatawan asing dan domestik tidak diperlihatkan oleh data yang ada.

CENTRAL SULAWESI ( SULAWESI TENGAH )


BUDAYA

Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap dipelihara dengan berbagai pengaruh modernisasi serta keyakinan.

Akibat pengaruh kedatangan kelompok etnis dalam mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula beberapa perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Hmmm… seperti misalnya nih… mereka yang tinggal di pantai bagian barat Kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Ataupun kedatangan masyarakat Sulawesi Selatan dulu, di daerah Banawa, Donggala pada zaman Raja Jayalangkara.( huuu,,. Wouuw. Masih duluuu banget!)

Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di daerah Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik special yang bermotif Bali, India, dan Jepang pun masih dapat ditemukan.

Sementara itu, masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adapt, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, contohnya ni… ya, ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan.

Rumah Tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut gampiri.

Rumah Gampiri

KESENIAN

Musik dan Tarian di Sulawesi Tengah bervariasi looh.. yaitu perpaduan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Musik tradisional memiliki Instrumen seperti suling, gong, dan bahkan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai ritual keagamaan. Dengan perkembangan yang ada bahkan sudah banyak lagu daerah Sulawesi Tengah yang tercipta, dengan perpaduan musik khas tersebut. Antara lain, nih ya..

  1. Palu Ngataku
  2. Posisani
  3. Nalentora Yaku
  4. Rikasolo nu eo
  5. Janji Rireme Nuvula
  6. Sinanggaroke
  7. Putri Balantak
  8. Kaili Kana Kutora
  9. Tope Gugu
  10. Doni Dole
  11. Ada Mpoboti
  12. Mosumomba
  13. Randa Ntovea
  14. Polo Haja
  15. Peulu Cinde
  16. Nipalaisi
  17. Pamonte
  18. Salandowa
  19. Kandea Ri Sulawesi
  20. Irama Dero

Tari masyarakat yang terkenal adalah dero yang bersala dari masyarakat Pamona, Kabupaten Poso dan masyarakat Kulawi, Kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran, tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan Jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II. Kalau dilihat dari kebiasaan masyarakat sekarang sih, dero ini banyak digunakan pada pesta kawinan, ulang tahun, atau kegiatan pelipur lara lainnya… Namun sebenarnya selain tarian dero yang sangat terkenal, masih banyak pula jenis tarian lainnya.. seperti misalnya Tarian Peulu Cinde sebagai tarian penyambutan tamu, Pamonte yang maknanya menggambarkan kegiatan panen masyarakat Sulawesi Tengah, selain ini masih banyak lagi tarian lainnya..

FLORA DAN FAUNA

Sulawesi Tengah memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babi rusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas bintang berkantung, serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.

( Anoa )

( Babi Rusa )

(tersier)

Kuskus


( Burung Maleo )

Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agates yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododendron).

Adapun variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api (ini nih…. Indah bangeeet!!) dan terakhir adalah suaka Margasatwa di Bangkiriang.

DOMBU

Gunung Gawalise di bagian barat kota Palu, kabupaten Donggala, berpotensi sebagai obyek wisata alam dan budaya yang menarik. Gunung Gawalise berjarak ± 34 km dari Palu dan dapat ditempuh oleh kendaraan roda empat dalam kurun waktu ± 1 jam 30 menit. Di gunung Gawalise terdapat desa Dombu yang terletak di ketinggian dan berhawa sejuk. Desa lainnya adalah desa Matantimali, Desa Panasibaja, Desa Bolobia, dan Desa Rondingo.

Di Gunung Gawalise dapat dilakukan hiking/trekking dengan rute-rute Wayu-Taipanggabe-Dombu-Wiyapore-Rondingo-Kayumpia/Bolombia-Uemanje dalam waktu kurang dari seminggu…. Gimana asyik kan? Makanya Coba deh mengenal seluk beluk keindahan daerah kita. Yuuk!!

Wisata Pantai

Wisata Pantai
Related Posts with Thumbnails